Kebakaran Lahan di Riau Kembali Meningkat, Petugas Kerahkan Tim Pemadaman

Kebakaran Lahan di Riau Kembali Meningkat, Petugas Kerahkan Tim Pemadaman
 

Provinsi Riau kembali menghadapi lonjakan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meningkat tajam di berbagai wilayah. Dalam beberapa bulan terakhir, jumlah titik api dan titik panas terus bertambah, membuat level kegawatdaruratan kembali dinaikkan. 

Pemerintah provinsi bersama instansi terkait merespon dengan mengerahkan tim pemadam, alat berat, serta armada udara demi menahan laju kebakaran yang bisa meluas semakin parah. 

Warga setempat pun diimbau waspada dan menghindari aktivitas yang bisa memicu kebakaran, terutama di lahan gambut dan area perkebunan. Situasi ini menunjukkan karhutla masih menjadi ancaman nyata bagi Riau — tidak bisa dianggap selesai.

Situasi Terkini dan Luas Kerusakan

Sepanjang tahun 2025, lahan terbakar di Riau sudah mencapai luas hampir dua ribu hektar, tersebar di banyak kabupaten dan kota. Data mencatat kebakaran melanda berbagai daerah termasuk wilayah gambut, perkebunan, dan hutan, menjadikan Riau sebagai episentrum karhutla nasional tahun ini. 

Banyak kawasan produktif — termasuk lahan pertanian, kebun, dan hutan — tergerus api. Selain itu, kasus kebakaran di area perkotaan juga meningkat, seperti di ibu kota provinsi dan kota satelit, akibat panas ekstrem dan kelalaian pembakaran terbuka. Kerusakan ini berdampak luas terhadap lingkungan, ekonomi warga, dan kualitas udara di sekitarnya.

Upaya Pemadaman dan Respons Pemerintah

Pemerintah bersama tim penanggulangan bencana telah mengerahkan berbagai metode pemadaman. Armada udara seperti helikopter waterbombing dikerahkan untuk menjangkau area sulit dijangkau dengan darat. 

Petugas darat dari tim pemadam serta sukarelawan juga terus berjibaku memadamkan api secara manual, menyekat titik api, dan melakukan pendinginan lahan terutama di gambut. 

Selain itu, operasi modifikasi cuaca (OMC) dijalankan untuk memicu hujan buatan demi membantu mempercepat pemadaman dan menjaga kelembapan lahan. Koordinasi lintas lembaga dari BPBD, tim Manggala Agni, hingga dinas lingkungan terus dilakukan agar penanganan bisa efektif dan cepat.

Tantangan di Lapangan

Pemadaman karhutla di Riau menghadapi sejumlah tantangan besar. Banyak titik api muncul di lahan gambut dengan kedalaman tanah cukup dalam — menjadikannya sulit dipadamkan total dan rentan menyala kembali. 

Cuaca panas dan angin kering memperparah penyebaran api, sedangkan daerah terpencil dan sulit dijangkau memperlambat respons tim. Selain itu, masih ada kawasan yang terbakar akibat pembakaran lahan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, meskipun ada larangan keras dan penegakan hukum. 

Risiko kesehatan bagi warga juga meningkat, terutama akibat asap dan polusi udara. Pemulihan area terdampak akan memakan waktu lama.

Pentingnya Pencegahan dan Kesadaran Kolektif

Kondisi terbaru ini menunjukkan bahwa pencegahan jauh lebih efektif dibanding penanganan setelah bencana. Masyarakat dan pemangku kepentingan perlu meningkatkan kesadaran agar tidak membuka lahan dengan cara membakar — terutama di musim kemarau. 

Pemerintah harus memperkuat pengawasan, penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran, serta edukasi publik soal bahaya karhutla. Perlindungan lahan gambut, konservasi hutan, serta pemeliharaan saluran air dan kanal juga penting untuk meminimalkan risiko kebakaran. 

Dengan pencegahan serius, potensi kebakaran besar bisa dicegah sebelum muncul, sehingga dampak terhadap lingkungan dan masyarakat bisa ditekan seminimal mungkin.

Lebih baru Lebih lama

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya
Berita Amanah dan Terpeercaya

نموذج الاتصال