Penganugerahan Sabda Budaya 2025 Apresiasi untuk Pelestari Budaya Nusantara
Tahun 2025 menjadi momen penting bagi pelestari budaya Indonesia melalui Sabda Budaya 2025. Acara puncak Dies Natalis ke‑16 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) kembali mengukuhkan dedikasi seniman dan budayawan Nusantara secara resmi.
Dalam gelaran ini, tiga tokoh terpilih mendapat penghargaan atas kontribusi nyata mereka terhadap budaya dan kesenian Indonesia. Penghargaan Sabda Budaya menjadi bentuk apresiasi terhadap mereka yang konsisten menjaga warisan budaya, di tengah dinamika zaman modern.
Melalui event ini, FIB UB menegaskan komitmen mereka dalam melestarikan kebudayaan Nusantara agar terus hidup, relevan, dan dinikmati generasi sekarang serta masa depan.
Selain itu, acara ini menghadirkan berbagai kegiatan pendukung, mulai dari seminar, workshop, hingga pameran karya seni yang menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat umum.
Dengan konsep acara yang interaktif, masyarakat dapat belajar lebih dalam tentang pentingnya budaya sebagai identitas bangsa. Sabda Budaya 2025 menjadi bukti nyata bahwa kampus mampu menggabungkan pendidikan, apresiasi, dan hiburan budaya secara harmonis.
Siapa Saja Para Penerima Sabda Budaya 2025
Tiga tokoh budaya yang menerima penghargaan Sabda Budaya 2025 adalah Tengsoe Tjahjono untuk kategori sastra, Winarto Ekram untuk kategori seni tradisi, dan Dadang Rukmana untuk kategori seni rupa.
Tengsoe Tjahjono dikenal sebagai sastrawan, penyair, dan cerpenis yang karya-karyanya memperkaya literasi budaya Indonesia secara konsisten. Winarto Ekram aktif dalam seni tari, drama tari, dan pendidikan tari, menjaga seni tradisi tetap hidup sekaligus membangun generasi muda yang mencintai budaya lokal.
Dadang Rukmana diakui karena metode seni rupa khas yang ia kembangkan, termasuk inovasi teknik lukis yang menggabungkan tradisi dan modernitas. Ketiga tokoh ini dipilih karena dinilai paling layak dari sekitar sepuluh nominator dari berbagai bidang seni, setelah melalui proses seleksi yang ketat.
Tim kurator menilai mereka berdasarkan dampak nyata karya mereka dalam masyarakat, kontribusi akademik, serta kemampuan menginspirasi generasi muda untuk mencintai seni. Penilaian ini juga mempertimbangkan konsistensi tokoh-tokoh tersebut dalam mengembangkan seni dan budaya di tengah perubahan zaman.
Karya & Kontribusi: Dari Orasi, Tari, sampai Lukis Rupa
Penghargaan bukan hanya simbol para penerima juga menampilkan karya mereka dalam rangkaian acara Sabda Budaya 2025. Tengsoe Tjahjono menyampaikan orasi budaya yang menarik, memperkenalkan pemikiran dan karya sastra sebagai bagian dari pelestarian literasi budaya yang relevan dengan masyarakat modern.
Winarto Ekram mempersembahkan pertunjukan tari yang memukau, menampilkan koreografi tradisional dan inovatif, serta menunjukkan bahwa seni tradisi tetap hidup di tengah tren globalisasi.
Sementara itu, Dadang Rukmana memamerkan karya lukisannya yang menggabungkan teknik tradisional dan kontemporer, membawa seni rupa Indonesia ke perhatian publik dalam bentuk yang inspiratif.
Lewat tiga jalur ini sastra, seni tradisi, dan seni rupa Sabda Budaya menunjukkan bahwa warisan budaya bisa dijaga melalui berbagai medium, baik tradisional maupun modern. Pengunjung tidak hanya menikmati karya secara visual tetapi juga mendapat wawasan lebih luas tentang filosofi, teknik, dan sejarah di balik setiap karya.
Selain itu, ketiga tokoh berinteraksi langsung dengan peserta, menjawab pertanyaan dan berbagi pengalaman kreatif mereka. Hal ini menjadikan Sabda Budaya bukan hanya ajang apresiasi, tetapi juga ruang edukasi dan inspirasi bagi mahasiswa, seniman muda, dan masyarakat luas.
Mengapa Sabda Budaya Penting di Era Kini
Sabda Budaya 2025 hadir di momen penting ketika kemajuan teknologi dan globalisasi memberi tantangan terhadap pelestarian budaya. FIB UB melalui Sabda Budaya menunjukkan bahwa kampus dapat menjadi pusat penjagaan identitas budaya sekaligus wadah kreasi baru yang inovatif.
Penghargaan ini memberi ruang bagi seniman dan budayawan lokal untuk mendapat apresiasi, sambil mendorong komunitas seni agar terus aktif berkarya. Hal ini menjadi pesan bahwa budaya bukan hanya tradisi masa lalu, tetapi aset hidup yang terus berkembang mengikuti dinamika zaman.
Selain itu, event ini menginspirasi generasi muda untuk menghargai seni lokal, belajar dari praktik kreatif, dan berani mengekspresikan ide-ide baru. Kegiatan pendukung seperti workshop, diskusi, dan pameran menambah nilai edukatif Sabda Budaya, membentuk ekosistem kreatif yang solid.
Dengan dukungan akademisi, pemerintah, dan komunitas seni, budaya Indonesia dapat terus berkembang sekaligus menjadi kebanggaan nasional. Sabda Budaya 2025 menunjukkan bahwa apresiasi budaya tetap relevan dan menjadi bagian penting dari pembangunan sosial dan pendidikan.
Semangat Pelestarian & Inspirasi untuk Generasi Mendatang
Penghargaan Sabda Budaya 2025 kepada Tengsoe Tjahjono, Winarto Ekram, dan Dadang Rukmana menjadi bukti bahwa budaya Indonesia tetap hidup melalui karya nyata dan dedikasi tulus.
Melalui sastra, tari, dan seni rupa, mereka mengingatkan kita pentingnya menjaga warisan budaya sambil terus berinovasi. Sabda Budaya menunjukkan bahwa apresiasi terhadap karya budaya adalah bagian penting dalam menjaga identitas bangsa dan menginspirasi generasi muda.
Event ini mengajarkan bahwa seni tidak hanya untuk hiburan, tetapi juga medium pendidikan, komunikasi, dan ekspresi kreatif yang relevan di era modern. Semoga penghargaan ini mendorong lebih banyak talenta muda untuk terjun dalam bidang seni dan budaya, serta menjaga warisan budaya Nusantara tetap hidup.

